ARANG AKTIF
Indonesia merupakan
salah satu Negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Luas areal
tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa yang sebagian besar (95 %) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
tanaman kelapa pada tahun 2000 mencapai 3,76 juta ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa yang sebagian besar (95 %) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Pemanfaatan
buah kelapa umumnya hanya daging buahnya saja untuk dijadikan kopra, minyak dan
santan untuk keperluan rumah tangga, sedangkan hasil sampingan lainnya seperti
tempurung kelapa belum begitu banyak dimanfaatkan. Bobot tempurung mencapai 12%
dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah
kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 672
ribu ton tempurung yang ihasilkan. Potensi produksi tempurung yang sedemikian
besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya. Salah satu produk yang dibuat dari tempurung
kelapa adalah pembuatan arang tempurung yang pada proses selanjutnya akan dapat
diolah menjadi arang aktif. Jadi arang tempurung merupakan bahan baku untuk
industri arang aktif. Pembuatan arang tempurung ini belum banyak yang
melakukannya, padahal potensi bahan baku, penggunaan dan potensi pasar cukup
besar. Dari aspek teknologi, pengolahan arang tempurung kelapa relatif masih
sederhana dan dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Keterbatasan modal,
akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat
yang belum memenuhi persyaratan merupakan kendala dan masalah dalam
pengembangan usaha indusiri pengolahan tempurung kelapa.
PRODUKSI
Tempurung kelapa yang dikumpulkan dari pasar/petani kelapa diletakkan berlapis-lapis mulai
dari dasar tanur. Lapisan pertama pada dasar tersebut disiram minyak tanah dan dibakar sehingga menyala dan kemudian diatas nyala tersebut ditumpukkan lagi tempurung kelapa sehingga tanur tersebut penuh dan dibiarkan selama tujuh jam. Setelah tujuh jam hampir seluruh tempurung terbakar, tanur kemudian ditutup sehingga kedap udara selama 12 jam saat proses pengaranganberlangsung. Keesokan paginya tutup tanur dibuka, kemudian arang dibongkar dari tanur dan dimasukkan ke dalam karung plastik dan dikirim ke pabrik arang aktif. Rendemen arang tempurung kelapa adalah 40 persen dari tempurung kelapa.
Tempurung kelapa yang dikumpulkan dari pasar/petani kelapa diletakkan berlapis-lapis mulai
dari dasar tanur. Lapisan pertama pada dasar tersebut disiram minyak tanah dan dibakar sehingga menyala dan kemudian diatas nyala tersebut ditumpukkan lagi tempurung kelapa sehingga tanur tersebut penuh dan dibiarkan selama tujuh jam. Setelah tujuh jam hampir seluruh tempurung terbakar, tanur kemudian ditutup sehingga kedap udara selama 12 jam saat proses pengaranganberlangsung. Keesokan paginya tutup tanur dibuka, kemudian arang dibongkar dari tanur dan dimasukkan ke dalam karung plastik dan dikirim ke pabrik arang aktif. Rendemen arang tempurung kelapa adalah 40 persen dari tempurung kelapa.
Arang tempurung kelapa
selama ini lebih sering kita kenal sebagai bahan bakar untuk pemanggangan ikan
atau makanan lain. Di balik kehitaman arang tempurung kelapa itu, ternyata
menyimpan nilai ekonomis yang lebih tinggi lagi. Tempurung kelapa yang
dijadikan arang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan menjadikannya karbon
aktif. Cara membuat karbon aktif dari tempurung kelapa juga relatif lebih
mudah. Karbon aktif berfungsi sebagai filter untuk menjernihkan air, pemurnian
gas, industri minuman, farmasi, katalisator, dan berbagai macam penggunaan
lain. Tempurung kelapa adalah salah satu bahan karbon aktif yang kualitasnya
cukup baik dijadikan karbon aktif.
Bentuk dan ukuran, dan kualitas
tempurung kelapa harus diperhatikan ketika membuat karbon aktif. Tempurung
kelapa yang akan dijadikan bahan pembuat karbon aktif, sebaiknya bebentuk
setengah atau seperempat ukuran tempurung. Jika ukurannya terlalu hancur, maka
tempurung itu kurang baik dijadikan bahan pembuat karbon aktif. Dari segi
kualitas, tempurung kelapa yang memenuhi syarat dijadikan bahan karbon aktif
adalah kelapa yang benar-benar tua hingga warnanya hitam mengkilap dan keras. Tempurung
yang dijadikan bahan pembuat karbon aktif umumnya dari kelapa yang dijadikan
kopra. Batok kelapa yang dihasilkan merupakan belahan dua dari satu buah kelapa
utuh. Untuk membuat karbon aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung harus
bersih dan terpisah dari sabutnya.
Ada dua tahapan membuat karbon
aktif yang berkualitas dari tempurung kelapa. Tahap pertama yang harus
dilakukan adalah tempurung dibuat arang dengan peralatan drum berpenutup.
Tahap kedua, melalui proses
penggilingan arang tempurung hingga menghasilkan karbon aktif dan serbuk arang.
Serbuk arang ini masih bisa diproses menjadi briket arang tempurung.
Penggilingan itu dilakukan dengan mesin sederhana berpenggerak listrik, diesel,
atau bensin.
Kualitas tempurung dan proses
pembakaran akan sangat menentukan rendemen karbon aktif yang dihasilkan.
Kualitas tempurung kelapa biasa lebih baik dibanding kelapa hibrida.
Agar dapat memperoleh rendemen
karbon aktif yang lebih baik, langkah-langkah proses pembakaran dengan cara
drum diberi empat lubang di bagian bawah. Agar selama pembakaran udara bisa
masuk, drum harus diganjal tiga potongan batu bata.
Pembakaran arang dilakukan lapis
demi lapis tempurung. Memulai pembakaran bisa dengan menggunakan kertas atau
daun kelapa kering yang ditaruh di atas satu lapis tempurung di dasar drum.
Setelah tempurung lapisan pertama terbakar, sedikit demi sedikit satu lapisan
ditaruh diatasnya. Langkah ini terus dilakukan sampai drum penuh. Ketika
tempurung lapisan atas mulai terbakar, batu bata yang menjadi ganjalan drum
perlahan-lahan diambil, sehingga dasar drum langsung menyentuh tanah dan
menutup lubang. Kemudian drum ditutup rapat-rapat dan jangan sampai ada udara
yang masuk. Jika ada udara yang masuk, maka arang yang ada dalam drum akan
menjadi abu. Tetapi kalau drum ditutup rapat sebelum seluruh tempurung
terbakar, tempurung tidak akan menjadi arang.
Keesokan harinya, setelah drum
dingin, tutupnya dibuka, kemudian drum dibaringkan. Arang tempurung kemudian
dibongkar secara perlahan-lahan. Arang tempurung yang tampak hitam, mengkilap,
utuh, keras, dan mudah dipatahkan menunjukkan kualitasnya baik. kadar air dalam
arang tempurung kelapa antara 50-70 persen.
Karbon Aktif dan Komposisinya
Karbon atau arang aktif adalah
material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang
mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan
pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu
tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.
Arang merupakan suatu padatan
berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung,
diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan
sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel
dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut
dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada
temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat
fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif.
Dalam satu gram karbon aktif,
pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat
efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran
0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa
saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon
aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya
arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu
beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak
jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat
tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan
keterangan pada kemasan produk tersebut.
Karbon aktif tersedia dalam
berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC :
powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC :
Granular Active carbon, 0.2-5 mm) dsb. Serbuk karbon aktif PAC lebih mudah
digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana.
Serbuk (powder) Butiran
(granule) Bongkahan (gravel) Pelet
Bahan baku yang berasal dari
hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat
dibuat menjadi arang aktif, bahan tersebut antara lain: tulang, kayu lunak,
sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu,
ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara.
Di negara tropis masih dijumpai
arang yang dihasilkan secara tradisional yaitu dengan menggunakan drum atau
lubang dalam tanah, dengan tahap pengolahan sebagai berikut: bahan yang akan
dibakar dimasukkan dalam lubang atau drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian
dinyalakan sehingga bahan baku tersebut terbakar, pada saat pembakaran, drum
atau lubang ditutup sehingga hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka. lni
bertujuan sebagai jalan keluarnya asap. Ketika asap yang keluar berwarna
kebiru-biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama kurang lebih kurang 8 jam
atau satu malam. Dengan hati-hati lubang atau dibuka dan dicek apakah masih ada
bara yang menyala. Jika masih ada yang atau drum ditutup kembali. Tidak
dibenarkan mengggunakan air untuk mematikan bara yang sedang menyala, karena
dapat menurunkan kwalitas arang. Akan tetapi secara umum proses pembuatan arang
aktif dapat dibagi dua yaitu:
1. Proses Kimia.
Bahan baku dicampur dengan
bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut
dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi
dilakukan pada temperatur 100 °C. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan
air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300 °C. Dengan proses kimia, bahan
baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan
kimia.
2. Proses Fisika
Bahan baku terlebih dahulu
dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya
diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur 1000 °C yang disertai
pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam aktifasi arang antara lain
:
a. Proses Briket: bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat
briket, dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan “ter”.
Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 °C untuk selanjutnya
diaktifasi dengan uap.
b. Destilasi kering: merupakan suatu proses penguraian suatu bahan
akibat adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit maupun
tanpa udara. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang
terdiri dari campuran metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan
merupakan karbon murni, tetapi masih mengandung abu dan “ter”. Hasil yang
diperoleh seperti metanol, asam asetat dan arang tergantung pada bahan baku
yang digunakan dan metoda destilasi. Diharapkan daya serap arang aktif yang
dihasilkan dapat menyerupai atau lebih baik dari pada daya serap arang aktif
yang diaktifkan dengan menyertakan bahan-bahan kimia. Juga dengan cara ini,
pencemaran lingkungan sebagai akibat adanya penguraian senyawa-lenyawa kimia
dari bahan-bahan pada saat proses pengarangan dapat diihindari. Selain itu,
dapat dihasilkan asap cair sebagai hasil pengembunan uap hasil penguraian
senyawa-senyawa organik dari bahan baku.
Ada empat hal yang dapat
dijadikan batasan dari penguraian komponen kayu yang terjadi karena pemanasan
pada proses destilasi kering, yaitu:
1. Batasan A adalah suhu pemanasan sampai 200 °C. Air yang
terkandung dalam bahan baku keluar menjadi uap, sehingga kayu menjadi kering,
retak-retak dan bengkok. Kandungan karbon lebih kurang 60 %.
2. Batasan B adalah suhu pemanasan antara 200-280 °C. Kayu secara
perlahan – lahan menjadi arang dan destilat mulai dihasilkan. Warna arang
menjadi coklat gelap serta kandungan karbonnya lebih kurang 700%.
3. Batasan C adalah suhu pemanasan antara 280-500 °C. Pada suhu ini
akan terjadi karbonisasi selulosa, penguraian lignin dan menghasilkan “ter”.
Arang yang terbentuk berwarna hitam serta kandungan karbonnya meningkat menjadi
80%. Proses pengarangan secara praktis berhenti pada suhu 400 °C.
4. Batasan D adalah suhu pemanasan 500 °C, terjadi proses pemurnian
arang, dimana pembentukan “ter” masih terus berlangsung. Kadar karbon akan
meningkat mencapai 90%. Pemanasan diatas 700 °C, hanya menghasilkan gas
hidrogen.
Namun secara umum dan sederhana
proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu:
1. Dehidrasi : proses
penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170 °C.
2. Karbonisasi : pemecahan
bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170°C akan menghasilkan CO, CO2
dan asam asetat. Pada suhu 275°C, dekomposisi menghasilkan “ter”, metanol dan
hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400 – 600 0C
3. Aktifasi : dekomposisi tar
dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator.
Proses aktifasi merupakan hal
yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud
dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul – molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Metoda aktifasi yang umum digunakan dalam
pembuatan arang aktif adalah:
1. Aktifasi Kimia.
Aktifasi ini merupakan proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakian bahan-bahan kimia.
Aktifator yang digunakan adalah bahan-bahan kimia seperti: hidroksida logam
alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah
dan khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4.
2. Aktifasi Fisika.
Aktifasi ini merupakan proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2.
Umumnya arang dipanaskan didalam tanur pada temperatur 800-900°C. Oksidasi
dengan udara pada temperatur rendah merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit
untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur
tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling
umum digunakan.
Beberapa bahan baku lebih mudah
untuk diaktifasi jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi
untuk menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan
uap. Juga memungkinkan untuk memperlakukan arang kayu dengan uap belerang pada
temperatur 500°C dan kemudian desulfurisasi dengan H2 untuk mendapatkan arang
dengan aktifitas tinggi. Dalam beberapa bahan barang yang diaktifasi dengan
percampuran bahan kimia, diberikan aktifasi kedua dengan uap untuk memberikan
sifat fisika tertentu.
Dengan bertambah lamanya
destilasi serta bertambah tingginya temperatur destilasi, mengakibatkan jumlah
arang yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan destilasi dan daya serap makin
besar. Meskipun dengan semakin bertambahnya temperatur destilasi, daya serap
arang aktif semakin baik, masih diperlukan pembatasan temperatur yaitu tidak
melebihi 1000 0C, karena banyak terbentuk abu sehingga menutupi pori-pori yang
berfungsi untuk mengadsorpsi. Sebagai akibatnya daya serap arang aktif akan
menurun. Selanjutnya campuran arang dan aktifator dipanaskan pada temperatur
dan waktu tertentu. Hasil yang diperoleh, diuji daya serapnya terhadap larutan
Iodium.
Karbon aktif terbagi atas 2 tipe
yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif sebagai penyerap uap.
1. Arang aktif sebagai pemucat.
Biasanya berbentuk serbuk yang sangat
halus dengan diameter pori mencapai 1000 A0 yang digunakan dalam fase cair.
Umumnya berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna
dan bau yang tidak diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat – zat penganggu
dan kegunaan yang lainnya pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif
ini diperoleh dari serbuk – serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari
bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah.
2. Arang aktif sebagai penyerap uap.
Biasanya berbentuk granula atau
pellet yang sangat keras dengan diameter pori berkisar antara 10-200 A0. Tipe
porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk
memperoleh kembali pelarut atau katalis pada pemisahan dan pemurnian gas.
Umumnya arang ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau
bahan baku yang mempunyai struktur keras.
Sehubungan dengan bahan baku
yang digunakan dalam pembuatan arang aktif untuk masing- masing tipe,
pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan.
Dengan proses oksidasi karbon
aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. L-karbon (L-AC)
Karbon aktif yang dibuat dengan
oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o-750oF) dengan menggunakan udara atau
oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam
berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat
asam akan berinteraksi dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan
menggunakan asam atau garam seperti NaCl yang hampir sama perlakuannya pada
pertukaran ion.
2. H-karbon (H-AC)
Karbon aktif yang dihasilkan
dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan
pada atmosfer inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga
tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air
tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat
hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air.
Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan
yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan
mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan
kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
Dalam aplikasi karbon aktif baik
yang digunakan sebagai media adsorbsi, pemberat atau media filtrasi dengan
titik injeksi tertentu, maka kriteria desain titik pembubuhan karbon aktif
perlu diperhatikan, yaitu :
1. Karbon yang terdapat didalam
kantong langsung dimasukkan kedalam tangki penyimpanan dan dicampur dengan air
untuk disiapkan menjadi larutan yang mengandung 0,1 kg karbon aktif bubuk per 1
liter larutan. Lebih baik lagi apabila suatu instalasi memiliki 2 tangki
larutan, maka persediaan larutan karbon aktif untuk dibubuhkan dapat
ditempatkan dalam 2 tangki, jika larutan didalam satu tangki sudah kosong, maka
sudah tersedia larutan didalam tangki yang lain untuk dibubuhkan, tanpa harus
menunggu persiapan larutan karbon aktif yang baru.
2. Agitator mekanik harus
disediakan dalam tangki penyimpanan untuk menjaga larutan karbon aktif tetap
“tersuspensi” didalam larutan atau menjaga larutan agar tidak memadat
3. Larutan biasanya dipompakan
kedalam tangki yang menampung sejumlah larutan dan akan diumpankan untuk lebih
dari beberapa jam berikutnya. Tanki tersebut harus mudah dibersihkan dan
dipelihara. Tangki ini harus mempunyai lapisan anti karat seperti cat epoxy
atau bitumastik untuk melindunginya dari pengkaratan.
4. Pipa pembawa larutan karbon
aktif bubuk harus dipasang menurun/landai menuju tempat pembubuhan, dengan
perlengkapan untuk mendorong karbon yang mungkin mengendap dan menyumbat
didalam pipa. Pipa harus terbuat dari bahan bebas karat dan bebas erosi seperti
karet, plastik dan besi baja. Pendorong pipa dan mata pisau pencampur dalam
tangki penyimpanan dan tangki harus terbuat dari besi baja untuk menahan karat
dan erosi.
5. Masalah yang paling umum
dalam pengoperasian karbon aktif bubuk adalah penanganan bahan kimia. Karena
berbentuk bubuk, maka debu merupakan masalah utama, khususnya jika sistem
pencampuran kering digunakan.
6. Jika karbon aktif bubuk
digunakan secara terus menerus atau jika sejumlah besar digunakan dalam waktu
tertentu, pengalihan ke sistem basah harus dipertimbangkan
7. Pada instalasi pengolahan
air, karbon aktif yang mengalir melewati saringan dan memasuki sistem
distribusi dapat menghasilkan “air hitam”. Air hitam biasanya disebabkan oleh
koagulasi yang tidak sempurna atau dosis karbon aktif yang tinggi ditambahkan
sesaat sebelum penyaringan. Untuk memecahkan masalah tersebut, titik pembubuhan
harus dipindahkan ke sistem penyadap air baku atau ke dalam bak pengadukan
cepat
Arang aktif yang merupakan
adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur
karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian,
permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas,
struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori
berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi
bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan
arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat arang aktif yang paling penting adalah
daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap
adsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat
diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda
untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam
deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar